Rabu, 04 Juni 2008

LILIN KU JANGANLAH EGKAU PADAM

CERITAKAN PADA DUNIA


Ceritakan pada Dunia Untukku
Oleh: John Powell, S.J.

Sekitar 14 tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku
berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama tentang teologi
iman.

Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang
menyisir rambutnya yang terurai sampai sekitar 20 cm dibawah bahunya.
Penilaian singkatku: dia seorang yang aneh ? sangat aneh.

Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus
mengajukan keberatan.Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan
mencintai secara tanpa pamrih.

Ketika dia muncul untuk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya
dengan agak sinis, "Menurut Pastor apakah saya akan pernah
menemukan Tuhan?"Tidak," jawabku dengan sungguh-sungguh.
"Oh," sahutnya."Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan
bagaimana menemukan Tuhan."Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari
pintu, lalu kupanggil."Saya rasa kamu tak akan pe rnah menemukan-Nya. Tapi,
saya yakin Dialah yang akan menemukanmu. "
Tommy mengangkat bahu, lalu pergi.
Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud kata-kataku.
Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan saya bersyukur.

Namun kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang
sudah parah. Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu
menemui Saya. Saat dia melangkah masuk ke kantor saya,
tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena pengobatan
dengan kemoterapi.
Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, untuk pertama kalinya,
terdengar tegas. "Tommy ! Saya sering memikirkanmu.Katanya kamu sakit
keras?" tanyaku langsung. "Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita
kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi."

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"
"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"
Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun
mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan,dan memburu harta
adalah hal-hal yang 'utama' dalam hidup ini."
Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku.
"Sesuatu yang Pastor pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah
Pastor. Saya bertanya waktu itu apakah saya akan pernah menemukan Tuhan,
dan Pastor mengatakan tidak. Jawaban yang sungguh
mengejutkan saya.Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan
menemukan saya. Saya sering memikirkan kata-kata Bapak itu, meskipun pencarian
Tuhan yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh.
"Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha
saya",Tommy melanjutkan "dan mengatakan bahwa gumpalan itu
ganas, saya pun mulai serius melacak Tuhan.
Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ-organ vital,saya
benar-benar menggedor-gedor pintu surga.Tapi tak terjadi apa pun.."

Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras
mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu. Saya memutuskan
untuk tidak peduli sama sekali pada Tuhan, kehidupan setelah kematian, atau
hal-hal sejenis itu."
"Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa
melakukan hal-hal
penting," lanjut Tommy. "Saya teringat tentang Pastor
dan kata-kata Pastor
yang lain: Kesedihan yang paling utama adalah
menjalani hidup tanpa
mencintai. Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan
dunia ini tanpa
mengatakan pada orang yang saya cintai bahwa kau
mencintai mereka.

Jadi saya memulai dengan orang yang tersulit : ayah
saya.
Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya
menghampirinya.
"Pa, aku ingin bicara." "Bicara saja." "Pa, ini
penting sekali."
Korannya turun perlahan 8 cm. " Ada apa?" "Pa, aku
cinta Papa. Aku hanya
ingin Papa tahu itu." Tommy tersenyum padaku saat
mengenang saat itu.
"Korannya jatuh ke lantai. Lalu ayah saya melakukan
dua hal yang seingatku
belum pernah dilakukannya. Ia menangis dan memelukku.
Dan kami mengobrol semalaman, meskipun dia harus
bekerja besok paginya."

"Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah," sambung
Tommy. "Mereka
menangis
bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal
yang kami rahasiakan
bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya
harus menunggu sekian
lama. Saya berada dalam bayang-bayang kematian, dan
saya baru memulai
terbuka pada semua orang yang sebenarnya dekat dengan
saya.

"Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ.
Ia tidak datang saat
saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut
kehendak-Nya dan pada
waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar. Dia
menemukan saya bahkan
setelah saya berhenti mencari-Nya. "

"Tommy," aku tersedak,

"Menurut saya, kata-katamu lebih universal daripada
yang kamu sadari.
Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti untuk menemukan
Tuhan adalah bukan
dengan membuatnya menjadi milik pribadi atau
penghiburan instan saat
membutuhkan, melainkan dengan membuka diri pada cinta
kasih."

"Tommy," saya menambahkan, "boleh saya minta tolong?
Maukah kamu datang ke
kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para
mahasiswa saya apa yang baru
kamu ceritakan?"

Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir
hari itu. Tentu saja,
karena ia harus berpulang. Ia melangkah jauh dari iman
ke visi. Ia
menemukan
kehidupan yang jauh lebih indah daripada yang pernah
dilihat mata
kemanusiaan atau yang pernah dibayangkan.

Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.
Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.
"Saya tahu, Tommy."
"Maukah Bapak menceritakannya untuk saya?
Maukah Bapak menceritakannya pada dunia untuk saya?"
"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya. "

Semoga menjadi berkat, God bless ........... .

BELAJARLAH KEPADA SEMUT

Binatang paling kecil di dunia ialah semut. Demikianlah anggapan manusia sebelum ditemukan alat mikroskop dan teknik moderen. Anehnya raja salomo yang paling kaya raya didunia ini,menganjurkan kepada kita untuk belajar kepada semut.
Padahal semut itu jika dibandingkan dengan manusia. secuilpun tidak berharga,sekali injak langsung peot,mampus tak berbekas. tapi,binatang kecil dan hina-dina ini memiliki hikmat yang tinggi.
Manusia pemalas disuruh Salomo belajar kepada semut. semut tidak pernah mati kelaparan,karena mereka menghimpun makanan secara ber-gotong royong dimasa paceklik sekalipun.
Mereka tidak mementingkan diri sendiri. anehnya,kaki dan tanganya yang halus seperti rambut itu, malahan kuatnya seperti kawat otot balung wesi. bayangkan,semut yang badannya kecil itu dapat memikul beban berat,berlipat kali ganda dari berat badannya sendiri,bisa diseret atau dipikulnya dalam jarak ratusan meter dibawa masuknya kedalam lubang dalam guanya.
Mana mungkin manusia sanggup memikul beban besar atau berat melebihi kapasitas tubuhnya? Kalau tidak mengunakan alat Bantu? Tapi,itulah semut.kekuatannya luar biasa.mungkin itulah manusia bisa dihinggapi sakit kesemutan,dan semut tidak pernah sakit keorangan.
Tapi,ada lagi satu sifat semut yang indah mulia,yang disinggung Rasul Paulus disini.Cium Kudus! Bersalam-salamanlah kamu dengan cium kudus.didunia ini hanya binatang semut yang tiap kali bertemu dengan semut lainnya,saling bersalaman dan saling berciuman !
Betapa rukun dan damainya hidup binatang semut itu.sifat inilah yang dianjurkan Rasul Paulus kepada semua sidang jemaat Kristus.pemimpin jemaat atau kelompok kerja yang angkuh dan sombong,yang menutup dirinya kepada sidang jemaat yang lainnya,karena merasa suci dan benar sendiri,tidak mau bersalam-salaman dengan anak Tuhan lainnya,yang dianggapnya lebih rendah martabatnya dari segi kerohanian.
Padahal Rasul Paulus menganjurkan bersalam-salaman dengan cium kudus dikalangan Kristen yang sombong dan angkuh,bersifat egosentris dan eksklusif,otak dan pikirannya adalah jauh lebih bodoh dan kerdil daripada otak binatang semut yang kecil,tapi sikap,tingkah lakunya dan peri kehidupannya begitu indah mulia.


Sumber : Narwastu edisi no51 des 2007-jan 2008